Wisata Edukasi dan Konservasi di Taman Nasional Gunung Merbabu, berupa Pengamatan Burung (Birdwatching) di Habitatnya

Potensi jenis burung di TNGMb

Keanerakagaman burung di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) termasuk kategori cukup dengan persebaran individu merata dari perbatasan hutan sampai ke puncak Gunung Merbabu, terdiri atas 81 jenis yang tergolong dalam 27 famili yang ditemukan. Jenis burung dilindungi dan endemik antara lain Elang jawa, Elang hitam, Alap-alap sapi, Kipasan ekor merah, Cekakak jawa, Kerak kerbau, dan Opior jawa (Aditya, 2018). Kegiatan monitoring potensi sistem Grid oleh Balai TNGMb selama tahun 2018 dijumpai sebanyak 58 jenis burung yang tersebar sebagian besar di lereng selatan Gunung Merbabu. Kegiatan ini menghasilkan tambahan jenis langka yaitu Celepuk jawa, Bondol hijau dada-merah, dan Anis kuning. Potensi burung yang terkumpul selama kurun 5 tahun terakhir dan telah didokumentasikan dalam buku panduan burung Merbabu (2018) sebanyak 106 jenis burung.

Kelompok elang dan alap-alap (Raptor) di TNGMb berperan sebagai top predator dalam rantai makanan yang memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem hutan. Burung berperan penting dalam membantu regenerasi hutan secara alami seperti penyebar biji, penyerbuk bunga, dan pengontrol serangga hama (Oktiana & Antono, 2015). Raptor mempunyai jenis mangsa (sumber pakan) yang beragam mulai dari mamalia, reptil dan burung. Jenis pakan tersebut, antara lain: tikus, tupai, kadal, ayam hutan, tekukur biasa, dan gemak loreng (Balai TNGMb, 2015).

Kenapa Birdwatching ?

Salah satu jenis kegiatan back to (with) nature yang cukup banyak mendapatkan perhatian, cakupan peserta dan sebagai sebuah gaya (trend) baru adalah wisata Pengamatan Burung (Birdwatching). Birdwatching menjadi sebuah bentuk konservasi burung yang dikemas dalam even wisata pengamatan _watching  burung _bird di habitat aslinya atau on the spot. Birdwatching selain berfungsi sebagai sarana edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya kehadiran burung di alam dan konservasi lebih luas, juga bermanfaat untuk pembaharuan database potensi burung di kawasan tersebut.

Kegiatan pengamatan burung yang dilakukan secaraa rutin dapat mengasah kemampuan dan skill peminatnya/pengamat burung, sehingga layak untuk dikompetisikan. Kompetisi pengamatan burung lebih dikenal dengan nama Birdwatching Competition/Race. Kegiatan mengamati burung merupakan kegiatan wisata yang bisa menghasilkan devisa. Beberapa negara seperti Kenya, Costa Rica, Nepal, India, Thailand dan Malaysia adalah negara yang telah menjadikan Birdwatching sebagai sebuah bisnis dalam sektor pariwisata khusus (Avitourism).

Banyak agen perjalanan di Eropa dan Amerika Serikat yang bergerak dalam wisata pengamatan burung membawa wisatawan ke negara-negara tersebut. Referensi yang mendukung seperti negara Amerika Serikat, Avitourism (Birdwatching) menciptakan 1 milyar pekerjaan di tahun 2001. Selama satu tahun, seorang birdwatcher (pengamat burung/pengunjung) dapat menghabiskan $ 32 juta untuk melihat burung, meliputi belanja makanan, penginapan, transportasi, bahan bakar, alat-alat outdoor, buku panduan lapang, tour guide dan peralatan fotografi (Caciki & Harman, 2007)

Bagaimana peluang Birdwatching di TNGMb

Dengan potensi burung di TNGMb sebanyak 106 jenis ke dalam 32 famili yang ditemukan. Jenis burung native dan dilindungi antara lain Elang jawa, Elang hitam, Alap-alap sapi, Kipasan-ekor merah, Cekakak jawa, Kerak kerbau, dan Opior jawa. Serta tambahan jenis langka yaitu Celepuk jawa, Bondol hijau dada-merah, dan Anis kuning. Menjadikan TNGMb sudah dapat dilakukan kegiatan birdwatching.

Ada 3 kriteria burung yang dapat dijadikan sebagai objek daya tarik wisata birdwatching. Pertama adalah burung endemik yaitu burung yang persebaranya terbatas dalam suatu tempat sehingga kecenderungan wisatawan asing dan luar daerah tertarik untuk melihat burung tersebut. Kedua adalah burung migran (melakukan migrasi antar benua/negara) merupakan ‘satwa milik bersama’ dari wilayah yang dilalui burung selama hidupnya yang merupakan lintas negara. Ketiga adalah burung berstatus konservasi tinggi yaitu yang dilindungi oleh otoritas terkait (Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999, Peraturan Menteri LHK No. 106 Tahun 2018, RedList IUCN dan Appendix CITES). Namun dari segi daya tarik, burung langka terkadang menarik bagi turis untuk mencari tahu, karena jarang ditemukan.

Wisata pengamatan burung memiliki tantangan dan nilai konservasi cukup tinggi bagi kawasan TNGMb maupun masyarakat sekitar hutan. Kegiatan wisata birdwatching sangat potensial dilaksanakan di TNGMb yang didukung oleh potensi satwa burung cukup tinggi dan sebagian besar memenuhi 3 kriteria yang disyaratkan diatas.

Beberapa ide/gagasam pengembangan kegiatan wisata birdwatching di TNGMb antara lain :

  • Paket pengamatan sarang Raptor seperti Elang hitam dan Elang jawa, wisatawan dapat mengamati perkembangan dan perilaku burung di sarangnya secara langsung.
  • Paket penjelajahan burung malam (nokturnal) seperti Celepuk jawa, Serak jawa dan Celepuk jawa. Mengamati perkembangan dan perilaku burung di malam hari.
  • Paket pengamatan burung khas penghuni habitat basah (dekat sumber air) seperti Kicuit batu, Sepah gunung, Sikatan ninon, Sikatan belang, dan lainnya.
  • Paket pengamatan burung khas penghuni perbatasan hutan dan kebun seperti Kerak kerbau, Elang hitam, Sikep madu asia, Kapasan kemiri, Ayam hutan hijau, Kepudang sungu jawa, dan Kepudang kuduk hitam.
  • Paket pengamatan burung khas spot jalur pendakian seperti Anis gunung, Anis sisik, Uncal loreng, Kipasan-ekor merah, Sikatan dan Ciung-batu kecil-sunda.
  • Paket penjelajahan burung di jantung hutan TNGMb (blok Tulangan dan blok Kesowo).

Penutup

Kegiatan wisata pengamatan burung (birdwatching) memiliki manfaat besar dan luas. Sebagai bentuk ekowisata tentunya mendukung kelestarian kawasan hutan baik langsung atau tidak, meng-update data jenis burung suatu wilayah, melakukan edukasi bagi pengelola dan masyarakat luas, dan konservasi lebih luas, serta meningkatkan pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan.

Kegiatan wisata birdwatching sangat potensial dilaksanakan di kawasanTNGMb yang didukung oleh potensi satwa burung cukup tinggi (106 jenis, 32 famili) dan sebagian besar memenuhi 3 kriteria sebagai objek daya tarik avitourism (birdwatching).

Dokumentasi jenis-jenis Burung di TNGMb yang dapat mendukung wisata Birdwatching

Elang hitam dan Sikep-madu asia dan Celepuk jawa

Bondol dada merah dan Anis kuning dan Ciung batu kecil sunda

Kepudang kuduk hitam dan Kapasan Kemiri dan Kicuit batu

Referensi:

Aditya, 2018. Keanekaragaman Burung di Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah. Laporan penelitian KMM UNS. Surakarta.
Balai TNGMb, 2015. Monitoring Elang Jawa di Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Laporan kegiatan Balai TNGMb. Boyolali.
Caciki, A.C. and S.Harman. 2007. Importance of Destination Attributes Affecting Destination Choice of Turkish Birdwatchers. Journal of Commerce & Tourism Education Faculty, 1(1):113-145.
Oktiana, D., dan W. Antono. 2015. Keanekaragaman burung di lingkungan Unit Pembangkit Indonesia Power (UP IP) Tambak Lorok, Semarang. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(5): 1045-1049.
Prawiradilaga, D. M. 2006. Ecology and conservation of endangered Javan Hawk-eagle Spizaetus bartelsi. Ornithological Science, 5(2), 177-186.
Wahyudi, Jarot. 2018. Menilik biodiversitas Burung di wilayah Resort Selo Taman Nasional Gunung Merbabu. Berita website KSDAE-KLHK. http://ksdae.menlhk.go.id/berita/4878/menilik-biodiversitas-burung-di-wilayah-resort-selo.html
Wahyudi, Jarot. 2018. Potensi Wisata Avitourism di Taman Nasional Gunung Merbabu. Berita website KSDAE-KLHK. http://ksdae.menlhk.go.id/berita/5791/potensi-wisata-avitourism-di-tn-gunung-merbabu.html

oleh: Jarot Wahyudi, S.Hut, M.URP / PEH Ahli Muda

No Responses

Leave a Reply