Potensi Fauna
Kekayaan jenis fauna yang dimiliki TNGMb terdiri atas: 3 jenis primata Rek-rekan (Presbytis comata fredericae), Lutung budeng (Trachypithecus auratus) dan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis); 9 jenis herpetofauna; 121 jenis aves; 46 jenis kupu-kupu; 13 jenis mamalia; dan 9 jenis laba-laba. Jenis fauna langka dan dilindungi seperti: Kijang (Muntiacus muntjak), Landak (Hystrix javanica), Trenggiling (Manis javanica), Kucing hutan (Felis bengalensis), Elang jawa (Nisaetus bartelsi), Elang hitam (Ichtinaetus malayanensis), Bondol-hijau dada-merah, Kenari melayu, Celepuk jawa, Srigunting batu (Dicrurus paradiseus), Meninting besar (Enicurus leschenaultia), Ciung-batu siul (Myophonus caeruleus), Cabai jawa (Dicaeum trochileum) dan Kipasan belang (Rhipidura javanica).
Gambar Celepuk jawa (Otus angelinae), b). Kenari melayu (Serinus estherae), dan c). Bondol hijau dada-merah (Erythrura hyperythra)
Dari berbagai jenis satwa yang ada di dalam kawasan, terdapat beberapa jenis satwa asli yaitu rek-rekan (Presbytis comata fredericae) dan elang jawa (Nisaetus bartelsi) yang ditunjuk sebagai satwa prioritas berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor : SK. 180/IV-KKH/2015 tanggal 30 Juni 2015 tentang Penetapan Dua Puluh Lima Satwa Terancam Punah Prioritas Untuk Ditingkatkan Populasinya Sebesar 10% dari Baseline data Tahun 2013. Kedua satwa prioritas tersebut memiliki status dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018, dan terancam punah menurut IUCN Red List version 2020-2 (per 10 Juli 2020).
Rek-rekan (Presbytis comata fredericae)
Rek-rekan (Presbytis comata fredericae) yang berada di TNGMb berbeda dengan jenis rek-rekan di wilayah lainnya. Rek-rekan TNGMb subspecies Presbytis comata fredericae dengan ciri penampakan warna bulu tubuh lebih terang dibandingkan dengan subspecies Presbytis comata comata. Menurut Meyer (2011) disebutkan bahwa Presbytis adalah salah satu generasi monyet yang paling beragam, dan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan filogenetiknya (pola keturunan, kelompok organisme). Penelusuran filogenetik terhadap rek-rekan di TNGMb belum pernah dilakukan secara mendalam, sehingga untuk menjaga keberadaannya perlu dilakukan upaya konservasi.
Pemetaan distribusi rek-rekan (Presbytis comata fredericae) telah dilakukan secara bertahap sejak tahun 2015. Berdasarkan observasi lapangan diketahui bahwa habitat rek-rekan berada di wilayah sisi timur, tenggara, dan barat laut Gunung Merbabu dengan ketinggian tempat antara 1.662 hingga 2.887 mdpl. Kondisi di wilayah tersebut masih sangat bagus dan tidak terganggu, hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Nijman (1997) bahwa tipe habitat optimal rek-rekan berada di hutan primer alami (undisturbed primary forest). Adapun distribusi keberadaan Rek-rekan di kawasan TNGMb telah terpetakan di 3 (tiga) wilayah, yaitu:
- Blok Candisari, Resort Ampel (seluas 83,84 Ha)
Data perjumpaan surili diketahui di wilayah Bukit Gumuk Gunting, wilayah hutan Blok Candisari. Perjumpaan langsung terkini sebanyak 3 (tiga) ekor. - Blok Pandean, Resort Selo (seluas 125,13 Ha) merupakan lereng bukit yang berada wilayah sekitar Tulangan. Persebaran Rek-rekan telah mengalami pergeseran ke arah bawah bukit yang dikarenakan dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Persebaran lokasi paling tinggi satwa rek-rekan pada blok ini diprediksi hingga di sekitar Pos 3 Watu Tulis jalur pendakian Selo.
- Blok Wekas, Resort Pakis (seluas 70,08 Ha) diperoleh data lapangan dengan prediksi home range hingga di atas Pos 2 jalur pendakian Wekas.
Peta Lokasi Perjumpaan Rek-rekan
Data kondisi habitat diperoleh berdasarkan identifikasi tipe penutupan lahan yang dihasilkan dari interpretasi citra satelit Sentinel-2A dilengkapi hasil kegiatan pemetaan potensi grid. Dalam kurun waktu pengambilan data, rek-rekan (Presbytis comata fredericae) lebih banyak dijumpai di lereng tenggara Gunung Merbabu, pada tipe hutan kerapatan tinggi dan hutan kerapatan sedang. Area tersebut saat ini ditetapkan sebagai site monitoring observasi rek-rekan (Presbytis comata fredericae) di TN Gunung Merbabu sampai dengan tahun 2024.
Peta Area Jelajah Rek-rekan (Presbytis comata fredericae)
Elang Jawa (Nisaetus bartelsi)
Elang jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan spesies kunci dalam mengontrol jumlah populasi mangsa, sehingga secara tidak langsung burung ini berfungsi sebagai penyeimbang suatu ekosistem. Menurut Mangunjaya (2005), burung elang menjadi predator utama dalam rantai makanan dan sebagai salah satu burung pemangsa yang hidup di hutan pegunungan yang masih alami dan jauh dari gangguan manusia. TNGMb mencatat perjumpaan dan persebaran Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) melalui kegiatan inventarisasi dan monitoring di lapangan telah dilakukan sejak tahun 2013 hingga 2019.